kalau surga ada di bumi mungkin balilah tempatnya, jelas terlihat dari beragam tradisi dan budaya, keindahan alam yang begitu menawan, mungkin anda yang suka menonton FTV pasti tahu tempat ini. Desa Penglipuran di
Kabupaten Bangli, Bali, punya seni arsitektur bangunan yang khas.
Bersih, tak ada kendaraan, dan luar biasa indah!
Tiap sudut Desa Penglipuran seperti fotogenik. Jepret ke arah manapun hasilnya pasti indah. Tak heran, desa ini pernah menyandang penghargaan Kalpataru. Para penggemar FTV pun seringkali terpesona oleh Penglipuran. Kapan Anda ke sana?
Desa adat Penglipuran berlokasi pada kabupaten
Bangli yang berjarak 45 km dari kota Denpasar, Desa adat yang juga menjadi objek
wisata ini sangat mudah dilalui. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama
Kintamani ± Bangli.DesaPenglipuran ini juga tampak begitu asri, keasrian ini
dapat kita rasakan begitu memasuki kawasan Desa. Luas desa adat Panglipuran
kurang lebih 112 ha, dengan batas wilayah desa adat Kubu di sebelah timur, di
sebelah selatan desa adat gunaksa,dan di sebelah barat Tukad, sedangkan di
sebelah utara desa adat kayang. Pada areal
Catus pata yang merupakan area batas memasuki Desa Adat Penglipuran,
disana terdapat Balai Desa, fasilitas masyarakat dan ruang terbuka untuk
pertamanan yang merupakan areal selamat datang.
Penglipuran mangandung makna “pangelingan putra”
yang berarti terjadi hubungan yang sangat erat antara tugas dan tanggung jawab
masyarakat dalam menjalankan dharma agama.Panglipuran juga berarti "panglipur"
pengingat atau ingat kepada leluhur.
Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Bali
yang memilikitatanan yang teratur dari struktur desa tradisional, perpaduan
tatanan tradisional dengan banyak ruang terbuka pertamanan yang asri membuat
desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali pada dahulu kala. Penataan fisik
dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh
masyarakat Adat Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga sudah berlaku turun
temurun.
Keunggulan dari desa adat penglipuran ini
dibandingkan dengan desa-desalainnya di Bali adalah, Bagian depan rumah serupa
dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun
sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin
menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya juga
keseragaman bentuk dari bahan untuk
membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah untuk
tembok dan untuk bagian atapterbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan
diseluruh desa.
Sejarah Desa
Adat Panglipuran
Masyarakat desa adat penglipuran percaya bahwa
leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani.Sebelumnya desa
Panglipuran bernama Kubu Bayung. Pada jaman dahulu raja bali memerintahkan pada
warga-warga di Bayung Gede untuk mengerjakan proyek di Kubu Bayung, tapi
akhirnya para warga tersebut memutuskan untuk menetap di desa Kubu Bayung.
Dilihat dari segi tradisi, desa adat ini menggunakan sistem pemerintahan hulu
apad. Pemerintahan desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru
adat.
Prajuru hulu apad terdiri dari jero kubayan, jero
kubahu, jero singgukan, jero cacar, jero balung dan jero pati. Prajuru hulu
apad otomatis dijabat oleh mereka yang paling senior dilihat dariusia
perkawinan tetapi yang belum ngelad. Ngelad atau pensiun terjadi bila semua anak
sudah kawin atau salah seorang cucunya telah kawin. Mereka yang baru kawin duduk
pada posisi yang paling bawah dalam tangga keanggotaan desa adat. Menyusuri
jalan utama desa kearah selatan anda akan menjumpai sebuah tugu pahlawan yang
tertata dengan rapi. Tugu ini dibangun untuk memperingati sertamengenang jasa
kepahlawanan Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang lebih dikenal dengan nama
kapten Mudita. Anak Agung Gde Anom Mudita, gugur melawan penjajah Belanda pada
tanggal 20 November 1947. Taman Pahlawan inidibangun oleh masyarakat desa adat
penglipuran sebagai wujud bakti dan hormat mereka kepada sang pejuang. Bersama
segenap rakyat Bangli, Kapten Mudita berjuang tanpa pamrih demi martabat dan
harga diri bangsa sampai titik darah penghabisan.
Menurut I Wayan Supat (42), Kepala Desa Adat
Panglipuran, keseragaman angkul ini tak terlepas dari pembagian zona desa. Setidaknya
terdapat 3 pembagianzona; zona hulu, zona pawongan atau zona pemukiman, dan
zona kelod atau teben. Ketiga zona ini letaknya membujur dari arah utara ke
selatan dengan porostengah berupa jalan desa yang disebut rurung gede.Jalan
desa ini juga memisahkan
2 komentar:
informasi yang bermanfaat. mampir balik PutuGiBagi
Makasih infonxa mantapg
Post a Comment
Mari kita saling berkomentar. Jika kalian suka dengan artikel ini, ayo kita "Share" untuk membagikan informasi ini kepada sobat yang lain agar lebih bermanfaat. Terima kasih, Salam Blogger . . .